Arifin Asydhad [pemilu.detiknews.com Jumat, 08/05/2009 08:10 WIB ] Jakarta – Capres dari Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan mengumumkan cawapresnya pada 10 Mei 2009. Dua hari menjelang pengumuman itu, tanda-tanda Hatta Rajasa akan dipilih SBY makin jelas.
Memang belum terdengar pernyataan dari SBY mengenai nama cawapresnya. Inisialnya saja tidak. Namun, SBY telah mengatakan sudah menetapkan siapa cawapres yang dipilihnya dan lima kriteria cawapres yang ada sudah dikantonginya itu.
Tanda paling jelas memang saat Hatta menyambangi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Deperpu PDIP Taufiq Kiemas hari Selasa (6/5/2009) lalu. Meski dibantah oleh Hatta maupun PDIP, namun kesan Hatta sedang memainkan lobi penting sangat terlihat jelas.
Sebab, satu hari sesudahnya, Rabu (7/5/2009), PDIP menggelar rapat pleno yang salah satu opsi yang mengemuka adalah berkoalisi dengan Partai Demokrat. Namun, dalam rapat itu, opsi untuk berkoalisi dengan Demokrat tidak disetujui, dan PDIP tetap mengusung Megawati sebagai capres.
Pengamat politik Bima Arya melihat kehadiran Hatta ke rumah Mega memang diutus SBY. Namun, kapasitas Hatta bukanlah sebagai politisi PAN atau hanya sekadar menteri, tapi sebagai orang dekat SBY.
Namun Hatta berkali-kali menegaskan bahwa statusnya saat berkunjung ke Mega adalah sebagai menteri. Dia membicarakan mengenai status rumah Mega yang sebelumnya rumah dinas dan kini jadi milik pribadi. Alasan yang terkesan dipaksakan, sebab pembicaraan mengenai status rumah, seharusnya bisa dibicarakan di waktu lain, tidak pada saat menjelang pendaftaran capres.
Hatta menegaskan tidak ada lobi politik dengan Mega dan jajaran PDIP. Bahkan lobi dengan makan malam pun tidak ada. “Tidak ada juga,” kata Hatta saat ditanya apakah ada lobi hal penting antara sesama orang dari Palembang. Hatta dan Taufiq sama-sama dari Palembang.
Namun, Hatta menegaskan ada pembicaraan untuk kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Tapi apa maksud dari pernyataan itu, Hatta tak mengungkap lebih detil.
Sumber detikcom, Jumat (8/5/2009) mengatakan, Hatta memang diberi tugas SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan PDIP. Ini tugas besar, karena selama ini PDIP selalu berseberangan dengan pemerintah pada lima tahun terakhir. Mega juga tidak pernah meluangkan waktunya bertemu SBY. Diundang untuk menghadiri Upacara Proklamasi saja, Mega selalu tidak hadir.
Ada dua tujuan yang ditawarkan politisi berambut perak ini. Pertama, PDIP berkoalisi dengan Demokrat dan sama-sama mengusung SBY sebagai capres. Kedua, bila koalisi PDIP dan Demokrat gagal, maka PDIP dan Demokrat akan tetap bersama-sama menjunjung tinggi etika politik dan komunikasi yang erat dalam membangun bangsa dalam pemerintahan 2009-2014.
Dalam waktu dekat, sebelum SBY mengumumkan cawapresnya, akan ada pertemuan penting terkait kerja sama opsi kedua itu. Hatta yang bukan politisi Demokrat diberi kepercayaan untuk merancang hal ini dan melobi terus Taufiq Kiemas dan Megawati.
“Ini tidak bisa dilakukan politisi sembarangan. Yang jelas, sinyal Pak Hatta diberi tugas ini sudah bisa Anda tafsirkan sendiri,” ujar sumber itu.
Belum diketahui secara persis kapan dan di mana pertemuan besar ini akan dihelat.
Deklarasi di Bandung
SBY berencana mendeklarasikan duet capres-cawapres di Bandung pada 11 Mei 2009. Ada dua tempat yang sempat muncul sebagai tempat yang cocok, yaitu Sasasa Budaya Ganesha (Sabuga) yang berada di kompleks ITB dan Gedung Asia Afrika.
Namun, tempat yang dipilih adalah Sabuga. Apa alasan SBY memilih deklarasi di Bandung dan memilih Sabuga belum diketahui pasti. Namun, diyakini usulan untuk deklarasi di Bandung datang dari Hatta Rajasa.
Hatta pernah lama tinggal di Bandung dan menjadi alumnus Perminyakan ITB. Hatta saat ini juga menjadi Ketua Ikatan Alumni ITB (IA ITB). “Kesan yang muncul bahwa SBY menggelar deklarasi di kompleks kampus yang didirikan Bung Karno,” kata sumber itu. Bandung menjadi kota perjuangan bagi Bung Karno.
Masih banyak sinyal lain yang mengarah pada Hatta. Termasuk SBY mengajak Hatta untuk merancang pembangunan ekonomi lima tahun mendatang saat di Bali.
Meski Gubernur BI Boediono masih punya kans jadi cawapres SBY, namun sepertinya duet Susilo – Hatta atau SBY-Hatta semakin dekat jadi kenyataan. Kita tunggu saja. ( asy / nrl )
Tinggalkan komentar