PDIP Segera Capreskan Sri Sultan
Taufik Kiemas ditanya, apakah mungkin PDIP mencapreskan Sultan? Dia tertawa. Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP itu menjawab, “Semua bisa saja. Mungkin.”
Wacana mencapreskan Sultan di PDIP sebenarnya sayup-sayup sudah ada. Bahkan kabarnya akan disinggung secara internal dalam Rakernas di Solo 26 Januari mendatang. Apalagi, perkembangan politik beberapa hari terakhir makin menguatkan hal itu. Pada Jumat malam lalu, TK –panggilan akrab Taufik Kiemas—melakukan pertemuan empat mata dengan Sultan. Bertempat di sebuah restoran di Sleman, TK dan Sultan berbicara selama dua jam.
Soal pertemuan itu, Taufik tak bicara banyak. “Tidak usah saya katakan, saudara sudah tahu. Kebetulan Sri Sultan adalah tokoh yang saat ini dianggap mampu menjalin dialog dan peluang untuk itu kelihatannya ada,” ujar Taufik, kemarin.
Soal duet capres-cawapres yang akan diusung PDIP, Taufik menjawab ngambang. Apakah akan jadi Megabuwono atau Sultanmega, semuanya serba mungkin. “Semua bisa saja. Mungkin, dan itu terserah keduanya,” ujar dia.
Sikap Sultan sendiri tampaknya masih jadi teka-teki. Kepada wartawan di Yogyakarta, Sultan mengatakan tekadnya masih tetap jadi capres. “Ya nanti tho, wong yang saya deklarasiken itu menjadi capres kok,” kata Sultan seperti dilansir media internet, kemarin.
Anggota Tim Pelangi Perubahan Garin Nugroho mengatakan, pertemuan antara Sultan dengan beberapa tokoh, termasuk Taufik Kiemas sudah direncanakan. Hal itu ditujukan untuk berdiskusi masalah bangsa. Soal capres cawapres belum bisa diutarakan. Sebab kemungkinan masih ada pertemuan lanjutan. Meski saat ini Sultan ada di Golkar, namun terbuka peluang untuk dicapreskan semua partai.
Bagaimana kalau dilamar PDIP jadi capres? Garin menjawab, “Ini baru dialog. Tergantung nanti isinya gimana lah.”
Ketua Umum Merti Nusantara DKI Jakarta, P Bramandaru menyatakan sangat bangga jika Sultan sampai dicapreskan PDIP. “Kami sangat welcome. Rakyat memang meminta beliau untuk capres,” katanya, tadi malam.
Menurut dia, jika benar PDIP benar mencapreskan Sultan, maka Golkar harusnya malu. Kenapa kadernya bisa dicapreskan partai lain dan bukan partainya sendiri. “Saya kira Sultan sreg kalau dicapreskan PDIP, asalkan bukan sebagai cawapres,” tutur Bramandaru.
Merti Nusantara adalah fasilitator Pisowanan Agung pada 28 Oktober 2008 lalu dan menjadi bagian dari tim sukses untuk Sultan.
Bagaimana PDIP? Sikap resmi partai lambang banteng tampaknya masih mencapreskan Mega. Nyaris tak ada kader PDIP yang berani menganalisa kemungkinan partainya mendukung Sultan jadi capres. Kecuali Agus Tjondro.
Bekas anggota Komisi XI DPR itu berpendapat, ada benarnya kalau Taufik Kiemas punya gagasan mencapreskan Sultan atau bahkan menduetkan Buwono-Mega. Kenapa? Karena faktanya di lapangan, pasaran Mega sudah melorot, sementara nilai jual Sultan naik terus. Pertimbangan lain, pemilih punya kecenderungan menyukai orang baru. “Apalagi hasil survei yang dilakukan lembaga independen, tidak ada yang menempatkan Mega di nomor satu. Mega selalu di nomor dua di bawah SBY,” kata dia.
Agus juga menangkap kesan, ada penolakan halus dari sebagian besar tokoh yang dilamar jadi cawapresnya Mega. Kebanyakan alasannya, menunggu hasil pemilu legislatif dan seterusnya. “Semua itu hendaknya dibaca bahwa Mega sudah tidak laku dan harusnya dijadikan faktor untuk menentukan kebijakan partai selanjutnya,” katanya.
Nah, melihat hal tersebut, kata Agus, bisa saja Taufik Kiemas memiliki pandangan lain. “Salah satunya, menjadikan Buwono-Mega sebagai pasangan capres-cawapres 2009. Siapa tahu kalau yang jadi presidennya Sultan sementara Meganya jadi cawapres, bisa mengalahkan duet SBY-JK,’’ kata Agus Tjondro.
Menurut dia, jika orang-orang PDIP tetap bersikeras Mega harus capres dan Sultan cawapres, maka itu akan sulit menang. Realita di lapangan, SBY lebih unggul dari Mega. “Karena itu, jika TK membalikkan keadaan dan menjadikan Sultan capres, berarti dia berusaha realistis dan mencari terobosan baru supaya PDIP punya peluang menang di pilpres 2009,” papar dia.
Bukankah penetapan Mega sebagai capres telah diputuskan dalam kongres PDIP di Bali dan Rapimnas di Kemayoran? Agus langsung menukas, ’’Oleh karena itu, dalam Rakernas di Solo nanti, gagasan TK mencapreskan Sultan perlu dipertimbangkan oleh struktur PDIP,” jawabnya.
Apakah Megawati akan rela menurunkan pangkatnya jadi cawapres? Agus mengatakan kelihatannya sulit. “Mbak Mega kelihatannya nggak mau. Dia akan ikuti irama lagu Mansyur S yang berjudul Terlanjur Basah. Jadi pencapresannya sudah terlanjur basah, maka lebih baik mandi sekalian,’’ jawab Agus sambil tertawa.
Ketua Bappilu PDIP Tjahjo Kumolo yang kemarin berada di Ungaran-Semarang, Jateng menyatakan, partainya tetap komit dengan keputusan untuk mencalonkan Megawati menjadi capres 2009.
Kalau dikatakan lambat menentukan cawapres, itu wajar-wajar saja karena gelagat dan dinamika politik makin tinggi dan cepat berubah. Yang jelas, sekarang ini seluruh instrumen dan struktur partai melakukan komunikasi politik dan melobi pimpinan parpol dan figur-figur agar bersedia jadi cawapresnya Mega.
’’Kita akui, Sri Sultan termasuk kuat jadi cawapresnya Mega, selain Hidayat Nur Wahid, Prabowo Subianto dan Wiranto. Kalau Sultan mau maju sebagai capres, ya silakan,’’ kata Tjahjo.
Pihaknya mencari figur yang bersedia jadi cawapresnya Mega dengan persyaratan, bisa kerjasama dengan Mega selama lima tahun dan mampu menambah suara, serta punya dukungan dari internal dan eksternal partai, punya visi dan misi yang sama dengan Mega serta komitmen untuk membangun Indonesia lebih baik. “Kalau cawapresnya dari internal PDIP tidak mungkin karena kita ingin tambahan suara,” tegas Tjahjo. HPS/WHY
http://rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/, Senin, 19 Januari 2009, 05:56:19
document.title += ” : PDIP Segera Capreskan Sri Sultan”;