Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘hanura’

[solopos.co.id Senin, 27 April 2009 , Hal.1 ] Jakarta (Espos)   Walau Rapimnas Partai Demokrat (PD) mengajukan secara resmi sebagai calon presiden (Capres), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum menyebut nama calon yang akan mendampinginya. (lebih…)

Read Full Post »

[ kompas.com Kamis, 23 April 2009 | 21:00 WIB ]  Pecahnya kongsi Partai Demokrat-Partai Golkar dan kemudian merapatnya Partai Golkar ke PDI-P ditanggapi dingin oleh dua partai politik baru, yang dipastikan lolos ambang batas perolehan suara (electoral threshold), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hanura. (lebih…)

Read Full Post »

Deal Kami Hanya Untuk Besarkan PK

M Yusuf Martak, Ketua Umum Perhimpunan Kebangsaan

Kamis (15/1) silam, secara me­nge­jutkan Perhimpunan Ke­bang­saan (PK) me­ngang­kat bekas Ketua Mah­kamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie se­bagai ketua dewan pem­bina meng­gan­tikan Wiranto yang kini men­jadi Ketua Umum Par­tai Ha­nura. Tak ayal, pergantian itu pun me­mun­culkan spekulasi bah­wa Jimly di­in­car Wiranto untuk jadi cawapres­nya.

Duduknya Jimly sebagai ketua dewan pembina ter­se­but juga di­kha­watirkan akan mempengaruhi netralitas organisasi yang di­di­ri­kan pada 2005 itu dalam meng­­ha­dapi pilpres nan­ti. Sebab selama ini, Jim­ly dike­nal sebagai orang dekat Wiranto.

Akan tetapi, semua spekulasi tersebut di­bantah Ketua Umum Per­him­pu­nan Kebangsaan M Yusuf Martak. Menurutnya, PK memilih Jimly sebagai ketua de­wan pembina justru didasari latar belakangnya yang dikenal sebagai tokoh netral dan non­parpol.

Apakah ada skenario khusus di balik pengangkatan Jimly se­ba­gai ketua dewan pembina? Ba­gai­mana PK menjaga agar tetap ne­tral menghadapi Pemilu 2009? Be­rikut penuturan M Yusuf Mar­tak kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Mengapa PK menunjuk Jimly sebagai Ketua dewan pembina?

Sesuai dengan rekomendasi kongres Perhimpunan Kebang­sa­an tanggal 25-26 Oktober 2008, PK sebagai ormas yang bergaris in­dependen tidak berafiliasi d­e­ngan partai manapun. Atas dasar itu­lah, kami memilih Jimly ka­rena beliau salah seorang tokoh po­puler yang netral dan tidak berpartai.

Bukankah masih banyak to­koh netral lainnya dan apakah Jimly disiapkan PK untuk jadi cawapres Wiranto?

Masalah capres dan cawapres ada­lah hak individu masing-masing dari tokoh-tokoh yang ber­gabung di PK. Secara organi­sa­si, PK masih terlalu jauh untuk ke arah itu (pencapresan).

Bagaimana hubungan PK dengan Wiranto dan Hanura?

Khusus hubungan dengan Pak Wiranto akan selalu kita bina se­baik-baiknya. Sebab, Pak Wi­ran­to selaku bekas Ketua Depernas PK 2006-2008.

Hubungan PK dengan Hanura juga akan terjalin sebagaimana kita menjalin hubungan dengan par­tai-partai maupun ormas lainnya.

Apakah Anda akan men­ja­di­kan PK sebagai kendaraan po­litik bagi Jimly?

Sebagaimana pernyataan Pak Jimly pada acara pengukuhan bahwa PK tetap akan jadi ormas yang independen.

Bagaimana sikap PK jika Jim­ly dipinang salah seorang capres untuk menjadi ca­wapres?
Apabila punya komitmen dan bermanfaat demi kepentingan negara dan bangsa, PK jelas akan men-support setiap petinggi, pe­ngu­rus maupun tokoh-tokohnya untuk duduk di eksekutif, le­gis­latif maupun di pemerintahan.

Ada deal khusus dengan Jimly?

Kita ini membesarkan PK de­ngan kebersamaan. Jadi, lebih fleksibel tanpa beban. Tidak ada deal khusus dengan organisasi, pe­rorangan maupun parpol mana­pun. Kalau dealnya dengan Pak Jimly tentu sebatas hanya untuk membesarkan PK dalam hal pro­gram ke depan.

Apakah ada jaminan PK tidak akan jadi alat politik bagi Jimly atau Wiranto?

Wiranto kan sudah punya kendaraan Hanura yang besar dan organisasi politik yang lebih tepat jadi alat.

Apa yang diharapkan PK pada Pemilu 2009 nanti?

Kami semua berhadap semoga Pemilu 2009 bisa berjalan tepat waktu sesuai jadwal yang di­ten­tukan. Selain itu, pemilu juga dih­arapkan menghasilkan ke­pe­mim­pinan legislatif maupun eksekutif yang paham hajat hidup rakyat serta punya rasa kebangsaan se­cara lahir dan batin.

Bagaimana pandangan PK terhadap kepemimpinan SBY-JK secara umum?

Kami menilai saat ini, perlu pe­ru­bahan sistem penataan eko­nomi, hukum, dan politik agar le­bih berpihak pada rakyat secara mendasar, tidak sebatas wacana saja.

Soal ekonomi, Anda me­nyam­­but positif langkah pe­merintah menurunkan harga BBM?

Ketika menaikkan harga BBM, pemerintah berhasil menaikkan seluruh bahan-bahan pokok. Akan tetapi, waktu menurunkan BBM, pemerintah tidak akan berhasil ikut mengendorkan rakyat yang telah tercekik oleh kenaikan harga dampak dari kenaikan harga BBM. LUK
document.title += ” : Deal Kami Hanya Untuk Besarkan PK”;

http://rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/, Rabu, 21 Januari 2009, 07:23:44

Read Full Post »

Disebutkan Sekarang, Nanti Bisa Mati Kutu …

Jend (Purn) Wiranto, Ketua Umum Hanura

Jimly Asshiddiqie disebut-sebut bakal mendampingi Wiranto di Pilres 2009. Gara-garanya, bekas Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menggantikan posisi Jenderal (purn) Wiranto sebagai Ketua De­wan Pembina Perhimpunan Ke­bang­saan. Pasca pergantian ter­se­but, spekulasi yang menyebutkan Jimly bakal jadi cawapresnya Wi­ranto semakin santer.

Perhimpunan Kebangsaan itu sen­diri merupakan organisasi massa yang dideklarasikan pada 2005 oleh sejumlah politisi, di an­ta­ranya Ketua MPR Hidayat Nur Wahid dan Marwah Daud Ibra­him. Jimly selama ini dikenal se­ba­gai orang dekat Wiranto. Selain disebut-sebut bakal men­dampingi Wiranto sebagai ca­­wa­pres, santer diberitakan Jim­ly akan membawa Perhimpunan Ke­bangsaan mendukung pen­calonan Wiranto.

Benarkah sudah ada pem­bi­caraan khusus antara Wiranto de­ngan Jimly untuk Pilpres 2009? Apa­kah Jimly Asshiddiqie masuk da­lam kriteria cawapres yang di­inginkan bekas panglima ABRI itu? Kepada Rakyat Merdeka, Wi­ranto blak-blakan seputar ca­wa­pres yang tengah diincarnya.

KABARNYA sudah ada komit­men akan menjadikan Jim­ly Asshiddiqie sebagai pen­dam­ping Anda di Pilpres 2009?

Sampai saat ini belum ada ko­mit­men apa-apa dengan Pak Jim­ly. Dia itu menggantikan posisi sa­­ya sebagai ketua dewan Pem­bi­na Perhimpunan Kebangsaan. Perhimpunan Kebangsaan itu adalah ormas yang saya bentuk. Ke­mudian sebagian petinggi or­mas itu bergabung dan me­mi­kirkan partai politik Hati Nurani Rak­yat (Hanura). Jadi, tidak ada ko­mitmen dan belum ada per­bin­cangan ke arah itu (pencalonan pre­siden-wakil presiden).

Sosok Jimly di mata Anda se­perti apa?

Saya setuju beliau itu bisa meng­­gantikan posisi saya di De­wan Pembina Perhimpunan Ke­bangsaan.

Kenapa…

Sebab, saya yakin bahwa be­liau bisa terus membawa Per­him­punan Kebangsaan sebagai ormas yang bisa mengambil perubahan dalam negeri ini.

Calon pendamping Anda nan­ti, apakah berasal dari sipil atau militer?

Oh ya… belum tahu. Ini kan ma­­salah politik. Jadi pen­de­kat­an­nya juga bukan like and dislike, sipil atau militer, tua atau muda, bu­kan seperti itu. Pendekatannya itu efektivitas pemerintahan ke depan.

Kriterianya seperti apa?

Ya belum… nantilah setelah pe­milu legislatif. Sebab bicara soal pendamping itu risikonya cukup tinggi. Barang kali partai-partai besar sekalipun tidak akan berani menentukan pendampingnya dari se­karang, sebelum pemilu le­gislatif. Kalau pasangan itu di­umum­kan sekarang terus tahu-tahu sua­ranya kurang di pemilu legislatif, bisa mati kutu nanti.. he.. he.. he..

Sudah ada partai yang diincar untuk koalisi?

Kami pada prinsipnya bersedia berkoalisi dengan partai mana sa­ja yang punya hati nurani. Proses koalisi itu pasti ada, apalagi kalau ju­dicial review yang saya ajukan ga­gal di MK.

Bagaimana Hanura dengan Ge­­rindra mungkinkah terjadi koa­lisi?

Lho kenapa tidak. Perseteruan dan ketidakcocokan itu kan se­batas isu yang berkembang.

Sebenarnya hubungan Anda de­ngan Pak Prabowo bagaimana?

Baik, tidak ada masalah. Kami per­nah bertemu di rumah saya dan sarapan pagi bersama-sama. Kemudian kami juga pernah bertemu di tempat para senior lalu kita ngobrol-ngobrol. Begitu juga pada saat wafatnya ibunda be­liau, saya datang dan di sana kita juga ngobrol. Jadi, tidak ada apa-apa di antara kami.

Hasil survei menyebutkan par­tai Anda di bawah lima besar, tang­gapannya?

Bukan hanya di bawah lima be­sar, bahkan kita digenjot di pe­ring­kat terbawah.

Anda merasa dikerjain oleh lem­baga survei tersebut?

Merasa dikerjain, ya iyalah. One hundred persen dikerjain.

Kenapa Anda diam saja?

Karena sekarang banyak orang me­lakukan kesalahan yang sa­ngat luar biasa fatalnya. Lembaga sur­vei bisa dipesan pihak tertentu dan tentunya hasilnya meng­unt­ungkan mereka (si pemesan). Begitu survei muncul, si pe­me­san terobsesi dengan hasil sur­vei­nya itu. Akhirnya, secara imajiner dia merasa menang dan dia ter­lena. Nah, kalau saya justru meng­gunakan momentun ini un­tuk men-drive kinerja partai dalam pe­menangan pemilu nanti.

Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali mendengar hasil survei bahwa Hanura tidak masuk lima besar?

Waktu pertama kali kita shock. Kok kita bisa kecil. Tapi begitu tahu bahwa hasil survei ngarang-ngarang semua, kita mulai bang­kit kembali.

Bagaimana respons publik terhadap Anda dibandingkan waktu dulu (tahun 2004)?
Sekarang tingkat public cara dia menyapa, cara dia merespons saya terlihat lebih baik.

Contohnya…
Kalau dulu masuk mal ada yang minta tanda tangan. Se­ka­rang, ada yang tanda tangan yang minta foto bareng. Dan jum­lah­nya lebih besar daripada dulu. Kemudian hubungan mereka saat sekarang itu beda. Kalau dulu ada yang masih merasa takut, tapi kalau sekarang tidak. Jadi, ter­kadang kita suka kewalahan dan lari dari mal karena kecapean.

Sebagai capres, tidak ada ke­ingin­an mengumumkan kabinet ba­yangan?

Soal kabinet itu bagus, tapi itu tidak lazim. Kondisi politik kita tidak pas untuk itu karena sistem pe­milu kita banyak partai. Beda dengan Australia yang hanya ada dua partai. Jadi, dia gam­pang saja memasangkannya. Bisa head to head langsung. faz

http://rakyatmerdeka.co.id/edisicetak/, Selasa, 20 Januari 2009, 04:45:52

Read Full Post »