[ rakyatmerdeka.co.id Kamis, 02 Juli 2009, 05:49:54 ] Dukungan terbuka terhadap capres, tak hanya disuarakan partai politik. Sejumlah pentolan aktivis mahasiswa angkatan 98 yang mengaku berada di baris depan dalam penggulingan rezim Orde Baru, secara tegas mendukung SBY-Boediono agar terpilh menjadi presiden dan wapres.
Dalam pernyataan sikap yang disampaikan kepada pers di Jakarta, Rabu (1/7) siang, mereka tanpa ragu-ragu menyatakan, SBY merupakan sosok terbaik untuk memimpin kembali negeri ini yang kedua kali. Namun begitu, mereka menegaskan bahwa dukungannya tersebut tidak berbentuk cek kosong.
”Kami mendukung pasangan SBY-Boediono ini bukan tanpa dasar dan alasan. Salah satunya, karena SBY-Boediono memang yang paling mungkin melakukan regenerasi politik. Pasangan ini pula yang paling mungkin menjalankan sembilan amanat reformasi. Dukungan kami akan terus berjalan selama dua agenda itu dijalankan. Namun jika dua agenda itu dilanggar, kami akan mengambil sikap kritis,” kata Wahab Talaohu, salah satu juru bicara Gerakan Aktivis 98.
Hadir dalam kesempatan tersebut para pentolan mantan aktivis mahasiswa lainnya, antara lain, Sarbini, Boyke Novrizon, Bernard Haloho, Arief Rahman, Ahmad Rizal dan Agus Budi Prasetyohadi.
Menurut Wahab, pasangan capres/cawaprwes yang bertarung dalam pilpres 2009-2014 adalah alumni pilpres 2004 – 2009. SBY, Mega dan JK sudah bertarung di pilpres 2004. Selama lima tahun terakhir, praktis tidak terjadi regenerasi calon pemimpin di tingkat puncak.
Itu sebabnya, kata Wahab, isu regenerasi politik seharusnya menjadi tema sentral politik 2009-2014. Karena itu, harus dihindari calon presiden pada 2014-2019 nanti kembali didominasi oleh wajah yang sama. Hal itu bukan saja merugikan pemilih karena tidak ada kebaruan dan kesegaran di level calon pemimpin nasional. Lebih jauh lagi, itu akan memacetkan sirkulasi elit politik.
Atas dasar itu, tegasnya, para aktivis 98 sangat berkepentingan dengan isu regenerasi politik. ”Bagi kami, regenerasi politik jangan hanya diserahkan kepada pasar politik secara bebas. Regenerasi juga jangan hanya dibiarkan terjadi secara alami. Pemimpin nasional harus secara sadar membuat rencana yang memungkinkan terjadinya regenerasi politik dalam kurun 2009-2014. Sehingga di tahun 2014 nanti, kami ingin melihat yang menjadi calon presiden/wakil presiden adalah tokoh baru, segar, muda, yang tumbuh di era reformasi,” ungkapnya.
Sikap yang sama disampaikan Sarbini. Menurut dia, berawal dari misi itulah, para aktivis 98 harus menentukan dukungan dan ikut memobilisasi dukungan dalam pilpres 2009. ”Bagi kami, pilpres terlalu penting jika hanya diserahkan kepada para politisi dan partai politik. Masyarakat luas harus juga terlibat dalam pilpres. Kami sebagai bagian masyarakat ikut memobilisasi dukungan bagi pasangan presiden yang sesuai dengan visi kami, yaitu pasangan yang paling memungkinkan terjadinya regenerasi politik di tahun 2009-2014,” tegasnya.
Ketika ditanya kenapa akhirnya harus memilih mendukung SBY-Boediono, Sarbini menjelaskan, konstitusi sudah membatasi bahwa presiden hanya boleh menjabat dua periode saja. SBY sudah menjabat pada 2004-2009. Jika nanti SBY terpilih kembali untuk periode kedua 2009-2014, SBY tak bisa mencalonkan diri kembali pada 2014. Kondisi ini sendiri sudah memaksa SBY sejak sekarang memikirkan regenerasi politik di tahun 2014.
Sementara, kata Sarbini, Megawati dan Jusuf Kalla, keduanya belum pernah menjadi presiden yang dipilih secara langsung. Megawati dipilih menjadi presiden pada tahun 2002 karena Gus Dur lengser. Sedangkan JK hanya pernah menjadi wakil presiden 2004-2009. Jika Mega atau JK terpilih pada 2009-2014, secara konstitusional mereka masih mungkin mencalonkan diri lagi pada tahun 2014.
”Sangat jarang sekali ada presiden yang menolak mencalonkan diri kembali jika secara konstitusional dan politik dimungkinkan. Akibatnya, jika Mega atau JK terpilih di 2009-2014, regenerasi politik kembali macet,” jelasnya.
Sarbini menegaskan, jika SBY nanti terpilih, pihaknya berharap SBY mendisain kabinet sejak awal yang menggambarkan regenerasi politik. Memang benar bahwa para menteri harus kompeten secara teknis di bidangnya. Benar pula bahwa dalam kabinet harus ada perwakilan partai. Namun jangan dilupakan, kabinet juga harus menggambarkan perwakilan generasi. Susunan kabinet akan menjadi potret nyata bahwa regenerasi politik dijalankan secara sistematis dan berencana oleh SBY.
”Kami melihat cukup banyak kader muda potensial yang baik untuk dipersiapkan sebagai pemimpin masa depan. Mereka harus dibantu untuk juga tampil melalui rencana regenerasi dan kaderisasi secara sistematis,” tandasnya. IKL
Tinggalkan Balasan