[ rakyatmerdeka.co.id Sabtu, 27 Juni 2009, 01:35:38 ] Pro kontra pelaksanaan Pilpres 2009 satu putaran terus digulirkan. Bekas anggota KPU Mulyana W Kusuma tidak sepakat dengan wacana pilpres satu putaran. Menurut Mulyana, pilpres satu putaran sulit diwujudkan karena ada sembilan faktor yang bisa menghambatnya.
Pertama, hasil pileg yang memperlihatkan syarat penyebaran perolehan suara Partai Demokrat belum mendekati syarat yang ditentukan Pasal 159 ayat (1) UU No 42/2008 tentang Pemilu Presiden dan Wapres.
Kedua, kemungkinan pengaruh disintegrasi parpol koalisi yang pendukung SBY-Boediono. “Terakhir, munculnya kasus kritikan terhadap Fox Indonesia dari kelompok pendukung lain yakni Relawan SBY,” kata Mulyana dalam diskusi publik ‘Pilpres Satu Putaran Antara Urgensi dan Problematika’ di Jakarta, kemarin.
Ketiga, menyangkut gencarnya gerakan “kontrak pencitraan” SBY-Boediono, baik terbuka atau melalui kampanye negatif. Keempat, adanya proses hukum pidana terhadap beberapa anggota KPU di daerah yang mempunyai efek jera.
Kelima, menyangkut kecederungan adanya kerjasama kubu pasangan Mega-Prabowo serta JK-Wiranto yang berusaha maksimal mencegah terjadinya pilpres satu putaran.
Keenam, elektabilitas Boediono yang diniai masih rendah.
Ketujuh, menyangkut volatilitas, sikap yang dapat berubah dari pemilih, terutama kalangan pemilih pemula dan swinging voters yang diperkirakan mencapai sekitar 40 persen.
Kedelapan, berkurangnya intensitas kegiatan program-program pro kerakyatan menjelang pilpres sedikit banyak dapat berpengaruh terhadap segmen pemilih tertentu.
Terakhir, adanya dugaan rekayasa DPT dalam pilpres satu putaran, surat suara palsu. “Ini akan berdampak negatif dalam pemenangan SBY-Boediono,” jelas Direktur Eksekutif 7 (Seven) Strategic Studies (7SS) ini.
Menurut Mulyana, SBY-Boediono dan timnya memiliki waktu singkat selama dua minggu.
Ditempat terpisah, peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi menegaskan hasil dua kali survey LSI menunjukkan elektabilitas SBY makin naik dan berpotensi menang mutlak.
Tapi lembaganya belum berani mengatakan SBY-Boediono akan memenangkan Pilpres satu putaran.
“Hal ini karena adanya syarat penyebaran perolehan suara 50 persen plus satu di minimal 17 provinsi dan LSI masih akan melakukan survei terakhir menjelang pilpres nanti. Jadi kita belum berani mengatakan SBY akan memenangkan pilpres satu putaran,” kata Burhan. BUY
Tinggalkan Balasan